musik


MusicPlaylistView Profile
Create a playlist at MixPod.com

Kamis, 01 Maret 2012

“BUDIDAYA TANAMAN NILAM “

“BUDIDAYA TANAMAN NILAM “

I.PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Teknologi Produksi Tanaman mempelajari tentang cara pengolahan tanaman mulai dari perencanaan tata letak (layout) kebun, pengolahan lahan, pemindahan bibit, pemupukan, penyiangan, pengairan, pengendalian hama penyakit, sampai penanganan panen dan pasca panen. Tanaman yang budidayakan bermacam-macam antaralain tanaman padi, jagung, kacang-kacangan, ubi-ubian, buah, sayuran, tanaman perkebunan dan industry, tanaman hias dan tanaman aromatik.
 Nilam (Pogestemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting, baik sebagai sumber devisa negara dan sumber pendapatan petani. Dalam pengelolaannya melibatkan banyak pengrajin serta menyerap ribuan tenaga kerja. Teknologi pengolahan minyak nilam ditingkat petani umumnya masih tradisional hal ini disebabkan oleh faktor sosial ekonomi dan faktor terbatas-nya teknologi yang diakses sehingga minyak yang dihasilkan mutunya masih rendah. Minyak nilam dapat digunakan dalam industri parfum, sabun dan kosmetika serta obat-obatan. Kemajuan industri menyebabkan terjadinya peningkatan permin-taan minyak didalam maupun diluar negeri. Besarnya penggunaan minyak nilam dalam industri parfum, kosmetika dan sabun karena minyak nilam dapat berfungsi sebagai zat pengikat (fiksatif) dan tidak dapat digantikan dengan zat sintetis lainnya. Selain itu minyak nilam juga dapat digunakan sebagai bahan pestisida nabati. Limbah dari hasil penyulingan minyak nilam yang terdiri dari ampas daun dan batang mempunyai potensi dimanfaatkan se-bagai bahan pembuatan dupa, obat nyamuk bakar, dan pupuk kompos serta sisa air dari hasil penyulingan setelah dipekatkan dapat diman-faatkan sebagai bahan baku untuk aroma terapi

1.2  Tujuan
1.    Merencanakan dengan terampil tata letak (layout) kebun untuk optimalisasi kegiatan budidaya tanaman
2.    Menerapkan budidaya tanaman nilam
1.3 Manfaat
1. Mampu dalam menyediakan arsip tata letak (layout) yang tepat  pada tempat dan waktu yang cepat dengan biaya seefisien mungkin sehingga bisa mengoptimalkan pemanfaatan lahan, mengurangi degadasi lahan, mengurangi resiko kegagalan dari salah satu komoditas dan meningkatkan penghasilan dari hasil budidaya.
2. Mencapai produksi maksimum dengan menerapkan berbagai ilmu dan teknologi.

2.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah komoditas
    Menurut sejarahnya tanaman nilam berasal dari dua sumber, yang pertama berasal dari Philipina kemudian menyebar ke Semenanjung Malaya dan Sumatra yang saat ini berkembang menjadi nilam Aceh.Sedangkan yang kedua Berasal dari India dibawa oleh para pedagang sampai ke Tanah Jawa yang kemudian dikenal dengan Nilam jawa.
Tanaman nilam dimasukkan ke Indonesia dari Singapura pada tahun 1895, dan dinamakan Dilem Singapur untuk membedakannya dengan nilam Jawa yang telah dikenal (P.heyneanus dan P.hostensis). Jenis nilam yang diintroduksikan dari singapura sampai sekarang merupakan jenis yang paling banyak dibudidayakan dan dikenal dengan nama nilam Aceh, jenis ini telah dibudidayakan sejak tahun 1909 telah menyebar ke Pantai Timur Sumatera.
Di Indonesia daerah sentra produksi tanaman nilam terdapat di Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Riau, dan Nangroe Aceh Darussalam, kemudian berkembang di Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah dan daerah lainnya.
Nilam (Pogostemon cablin Benth.)merupakan komoditas ekspor pentingdi Indonesia.Ekspor minyak nilam mencapai1.276 ton dengan nilai US$ 19.264juta (Direktorat Jenderal Perkebunan 2006).Indonesia merupakan pengekspor minyaknilam terbesar di dunia dengan memasokhampir 90% kebutuhan minyak nilam dunia.Oleh karena itu, minyaknilam diharapkan dapat meningkatkansumber pendapatan negara dari sektornonmigas.
Minyak nilam mempunyai prospek baik untuk memenuhi kebutuhan industri parfum dan kosmetik
Minyak nilam dapat pula digunakan sebagai antiseptik, insektisida, dan aromaterapi.Patchouli alcohol merupakan komponen utama minyak nilam dan digunakan sebagai indikator kualitas minyak nilam (Nurjanah dan Marwati 1998).
Pada umumnya pertanaman nilam di Indonesia diusahakan oleh petani yang tersebar di 14 sentra produksi di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan sebagian di Jawa (Dhalimi et al. 1998).

Nilam dikenal dengan berbagai nama di beberapa daerah, seperti : dilem(Sumatera – Jawa), rei (Sumba), pisak (Alor), ungapa (Timor). Nama asingdikenal dengan pathcouly.Dikalangan ilmiawan nilam dikenal dengan Pogostemon sp. Berbagai varietasnilam yang dikenal adalah :
• Pogostemon cablin Benth.
Populer dengan nama nilam Aceh, ciri utamanya adalah daunnya membulat
seperti jantung dan dipermukaan bagian bawahnya terdapat bulu-bulu rambut.Sampai umur 3 tahun hampir tidak berbunga.
• Pogostemon hortensis Backer
Dikenal dengan nama nilam sabun. Ciri-cirinya lembaran daun lebih tipis,tidak berbulu, permukaan daun tampak mengkilat, dan warnanya hijau.
• Pogostemon heyneanus Benth   
Sering disebut nilam hutan atau nilam jawa.Ciri-cirinya yaitu ujung daunagak runcing, lembaran daun tipis dengan warna hijau tua dan berbunga lebihcepat.

Dari ketiga jenis nilam tersebut, yang paling tinggi kandungan minyaknya adalahnilam aceh (2,5 – 5,0 %), sedangkan nilam lainnya rata-rata hanya mengandung0,5 – 1,5 %.Menteri Pertanian pada bulan Agustus 2005 telah melepas tiga varitas nilamunggul yaitu Varietas Sidikalang, Varietas Lhokseumawe dan Varietas TapakTuan, dengan karakteristik dari masing-masing seperti pada table berikut.


Sumber : Rosman et al., 1998
2.2 Karakteristik komoditas
Klasifikasi tanaman
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:    Plantae

Ordo:    Lamiales

Famili:    Lamiaceae

Genus:    Pogostemon

Spesies:    P. cablin
Nama binomialPogostemon cablin
Morfologi tanaman
Tanaman nilam (Pogostemon sp.) berupa perdu, dengan ketinggian mencapai satu meter dan dapat tumbuh dengan baik di dataran  tinggi maupun dataran rendah. Memiliki akar serabut, bentuk daun bulat dan lonjong, batang berkayu dengandiameter 10-20 mm. sistem percabangan banyak dan bertingkat mengelilingi batang antara 3-5 cabang per tingkat.
Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) termasuk tanaman penghasil minyak  atsiri  yang  memberikan  kontribusi  penting  dalam  dunia   farmasi, terutama untuk  industri parfum dan aroma  terapi. Tanaman nilam berasal dari daerah  tropis  Asia  Tenggara  te rutama  Indonesia  dan  Filipina,   serta  India, Amerika  Selatan  dan  China  (Grieve,  2002).  Di  Indonesia  areal  pengembangan nilam tersebar di provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Bengkulu (Mulyodihardjo,  1990).  Sejak  t ahun  1998,  pengembangan  nilam meluas  ke Jawa,  dengan  pusat -pusat  pengembangan  di  daerah -daerah  kabupaten Sukabumi, Garut, Sumedang,  Kuningan, Ciamis dan  Tasikmalaya (Jawa Barat) serta  kabupaten-kabupaten    Purbalingga,  Purwor ejo  dan  Banyumas  (JawaTengah).  Pada  Tahun  2001  luas areal  pertanaman  nilam  sekitar  12.972  Ha, dengan  produksi  1.254  ton  (Direkt orat  Jenderal  Bina  Produksi  Pe rkebunan, 2002).  
Di  Indonesia  terdapat  tiga  jenis  nilam  yang  dibudidayakan ma syarakat yaitu  Pogostemon  heyneanus  (nilam  Jawa),  Pogostemon  hortensis  (nilam sabun),  dan Pogostemon  cablin  (nilam  Aceh)  (Anonimous,  1994).  Dari  ketiga jenis  tersebut  yang  paling  banyak  dibudidayakan  adalah  varietas  Pogostemon cablin,  karena  varietas  inilah  yang terbaik  ditinjau  dari  segi  mut u  dan  kadarminyaknya,  sehingga  minyak  dar i  varietas  inilah  yang  lebih  diminati  di  pasar  dunia atau dalam dunia perdagangan atsiri (Puteh, 2004).

2.3 Syarat tumbuh tanaman nilam
•    Iklim yang dikehendaki dengan curahhujan sekitar 2.300 – 3.000 mm per tahun dan kelembaban lebih dari 60 %.
•    Ketinggian yang paling baik adalah 10 – 400 m dpl.
•    Lahan tidak tergenang air
•    Membutuhkan intensitas cahaya matahari langsung yang berfungsi untuk meningkatkan fotosintesis agar dapat berproduksi minyak dengan otimal.
•    Tanah subur, gembur dan mengandung bahan organicdengan pH 6 – 7
•    Suhu lingkungan paling ideal 18 – 29o C.
•    Perbanyakan nilam dilakukan dengan cara vegetatif, dengan memotong dahandahannya.
•    Kemiringan tanah sebaiknya kurang dari 15odengan kelembaban relatif 70-90%.
•     Iklim yang dikehendaki adalah iklim sedang dengan curah hujan rata-rata 3000 mm /tahun.
•    Lahan harus bebas dari penyakit terutama penyakit layu bakteri, budog dan nematoda.
(HidayatdanMoko, 1998).
Adapunkegunaan minyak nilam yaitu :
•    Untuk keperluan industri wewangian, kosmetik,dsb.
•    Sebagai fiksatif atau pengikat baha-bahanpewangi lain.
•    Sebagai bahan pelembab kulit, menghilangkan bau badan, dan gatal-gatal pada kulit.
Rosmanetal.,1998
Tabel.Daerahpenyebarantanamannilam
nonnNo    Propinsi    Kabuapten
1    NangroeAcehDarusalam    Aceh Utara, GayoLues, Aceh Selatan, Aceh Jaya, Aceh BaratDaya, Aceh Tenggara, Aceh Barat, NaganRaya, Aceh Tengah, AcehSingkil,PidiedanAcehBesar
2    SumateraUtara    Nias,TobaSamosir, Tapanuli Selatan, TapanuliUtara,Dairidan
TapanuliTengah
3    SumateraBarat    Pasaman,   PesisirSelatan,   Mentawai,   Sawahlunto/Sijunjung,
TanahDatar,Solok,PasamanBaratdanPariaman
4    Riau    Indragiri  Hilir,  Bengkalis,  Indragiri  Hulu,  RokanHulu,  dan
KepulauanRiau
5    SumateraSelatan    MuaraEnim,OKUSelatan
6    Bengkulu    Rejanglebong,BengkuluSelatandanBengkuluUtara
7    Lampung    LampungBarat,Tanggamus,danLampungSelatan
8    JawaBarat    Majalengka,   Garut,  Kuningan,  Tasik-malaya,  Sukabumidan
Sumedang
9    JawaTengah    Purbalingga,    Brebes,   Banyumas,    Banjar-negara,    Pemalang,
Pekalongan,Batang,danCilacap
10    JawaTimur    Bondowoso,Situbondo,JemberdanTulungagung
1    KalimantanTengah    Lamandau, KotawaringinBarat,  Kota-waringinTimur, Katingan,
Seruyan,GunungMasdanSukamara
Sumber:Rosmanetal.,1998

3.4Teknologi produksi komoditas
1.    Penentuan Lokasi
    Kebun perbanyakan hendaknya terletak pada lokasi yang mudah dicapai, tidak tercemar hama dan penyakit, mudah dijangkau untuk penyediaan sarana (pupuk dll), pengangkutan bahan tanaman atau benih. Untuk efisiensi dalam pengiriman bahan tanaman sebaiknya lokasi kebun perbanyakan tidak terlalu jauh dari daerah pengembangan. Disamping itu faktor yang terpenting adalah tersedianya sumber air yang mencukupi di lokasi kebun untuk kegiatan pembibitan, penanggulangan hama dan penyakit dan sebagainya.
2.    Persiapan Bahan Tanaman dan Persemaian
    Pemilihan varietas
Untuk memperoleh produksi minyak yang tinggi, pilih varietas unggul, yang produksi/kadar dan mutu minyak tinggi yaitu : Tapak Tuan, Lhokseumawe dan Sidikalang. Sel-sel minyak terutama terdapat pada daun (Guenther, 1952), oleh karena itu, produksi (terna) tinggi akan menghasilkan produksi minyak tinggi pula, apabila varietas tersebut mengandung kadar minyak yang tinggi.
    Persiapan rumah atap, media semai dan sungkup :
-    Pilih areal yang sehat/tidak tercemar jamur patogen, dekat sumber air.
-    Buat rumah atap setinggi 2 m yang condong kearah Timur. Bentuk dan luasan disesuaikan dengan kebutuhan. Siapkan campuran tanah dengan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1 (v/v).
-    Polibag (yang berlubang) dengan ukuran 15 x 10 cm diisi dengan media yang telah disiapkan dan diletakkan secara teratur di bawah rumah atap, kemudian disiram dengan menggunakan emprat.
-    Untuk mempertahankan kelembaban agar setek tidak layu setelah ditanam perlu diberi sungkup dari plastik. Kerangka sungkup dibuat dari bambu dengan ukuran lebar 1 m, tinggi ½ m dan panjang sesuai kebutuhan.


    Perbanyakan bahan tanaman dan penyemaian
Setek nilam sebaiknya disemai terlebih dahulu karena apabila langsung ditanam di lapangan, banyak yang mati.
-    Perbanyakan tanaman nilam secara vegetatif dengan menggunakan setek. Setek yang paling baik adalah setek pucuk mengandung 4-5 buku selain itu setek juga dapat diambil dari cabang dan batang. Untuk mengurangi penguapan, daun tua dibuang, sisakan 1-2 pasang daun muda/pucuk.
-    Waktu mempersiapkan setek sebaiknya setek direndamkan dalam air sebelum disemai dipolibag.
-    Penyemaian dilakukan dengan cara membenamkan satu buku ke dalam media semai dengan terlebih dahulu membuang daun pada buku yang akan dibenamkan. Kemudian tanah disekeliling tanaman dipadatkan.
-    Untuk penanaman langsung di lapangan, setek diambil dari cabang yang sudah tua (mengayu), dipotong sepanjang  30 cm.
Kebutuhan tanaman untuk satu hektar  20.000 tanaman, untuk penyulaman tanaman yang mati, persiapan bahan tanaman sebaiknya dilebihkan.
    Pemeliharaan di persemaian
    Untuk menjaga kelembaban, setek yang baru disemai perlu disiram. Penyiraman dilakukan setelah penyemaian, kemudian disungkup dengan sungkup plastik. Penyiraman selanjutnya setelah 2-3 hari kemudian. Selama di dalam sungkup, penyiraman tidak perlu dilakukan setiap hari. Sungkup dibuka setelah tanaman berumur 2 minggu. Pemberian pupuk melalui daun dan penaggulangan hama/penyakit (kalau diperlukan) dilakukan satu kali seminggu. Benih siap tanam setelah 1.5 bulan dipersemaian
3.    Persiapan Lahan dan Penanaman
Persiapan lahan dan lubang tanam
-    Tanah dicangkul, dibersihkan dari gulma (alang-alang dsb), kemudian digaru dan diratakan.
-    Lubang tanam dibuat dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm, dengan jarak tanam antara barisan 90 cm-100 cm dan jarak tanam dalam barisan 40 cm-50 cm. Jarak tanam disesuaikan dengan kondisi lahan. Pada lahan datar, jarak tanam dalam barisan lebih besar (100 cm x 50 cm) sedangkan pada lahan yang agak miring ( 150) jarak tanam dalam barisan lebih sempit (40 cm) dan arah baris menurut kontur tanah. Pada lokasi dengan kesuburan yang tinggi (banyak humus) jarak tanam sebaiknya 100 cm x 100 cm, karena pada umur 5-6 bulan, kanopi sudah bertemu.
4.    Pembuatan saluran drainase
    Tanaman nilam tidak menghendaki adanya air yang tergenang, untuk itu perlu dibuat saluran drainase. Saluran drainase dibuat sekeliling dan didalam kebun kebun (atau sesuai kebutuhan) dengan ukuran 30 cm x 30 cm (lebar x dalam).
5.    Penanaman dan penyulaman
    Setelah tanaman berumur  1 ½ bulan dipersemaian, tanaman dapat dipindahkan kelapangan. Cara menanam yaitu dengan meyobek polibag secara hati-hati dan menanam tanaman di lubang yang telah disediakan, kemudian tanah dipadatkan dengan cara menekan tanah disekitar tanaman.
    Setek yang langsung di tanam di lapangan adalah setek yang telah berkayu  30 cm, dibenamkan 2 buku kedalam tanah. Penanaman langsung kelapangan berisiko tanaman banyak yang mati. Tanaman yang mati disulam dengan tanaman baru, untuk itu persiapan bahan tanaman harus mencukupi.
6.    Pemeliharaan
    Pemupukan
    Disamping pupuk dasar yang diberikan pada waktu tanam berupa pupuk organik (pupuk kandang, kompos dll) 1-2 kg/lubang tanam, untuk memacu pertumbuhan tanaman perlu diberi pupuk anorganik. Dosis dan komposisi pupuk yang diberikan tergantung dari jenis tanah dan tingkat kesuburannya. Penelitian pemupukan  dengan dosis 280 kg N + 70 TSP + 140 kg KCl per hektar, pada tanah ultisol menghasilkan  10-13 ton terna kering per ha/tahun (Nuryani et al., 2005). Pemupukan I dilakukan pada umur 1 bulan, dengan dosis 1/3 N + P + K, pemupukan II pada umur 3 bulan dengan dosis 2/3 N. Pemupukan selanjutnya pada umur 6 bulan (setelah panen I) dan 10 bulan (setelah panen II) dipupuk dengan dosis ½ N + ½ P + ½ K  + 2 kg pupuk kandang.
    Pemberian mulsa / penutup tanah
Tanaman nilam tidak tahan kekeringan, terutama setelah dilakukan pemangkasan (panen). Kemarau panjang dapat menyebabkan kematian tanaman. Untuk menjaga kelembaban tanah dan mengurangi penguapan, tanaman diberi mulsa berupa semak belukar atau alang-alang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mulsa semak belukar lebih baik dibandingkan alang-alang karena pelapukan lebih cepat terjadi, sehingga dapat menambah bahan organik (Tasma dan Wahid, 1988).
7.    Panen
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan panen nilam adalah umur tanaman, waktu panen dan alat panen. Umur, tanaman nilam yang terpelihara dengan baik dapat dipanen pada saat tanaman berumur 6 (enam) bulan dan panen selanjutnya dilakukan setiap 4 (empat) bulan sekali sampai tanaman berumur 3 (tiga) tahun. Waktu panen/pemetikan daun, sebaiknya dilakukan pagi hari atau sore menjelang malam. Jika pemetikan dilakukan pada siang hari, sel-sel daun sedang berfotosintesa sehingga laju pembentukan minyak berkurang, daun kurang elastis dan mudah robek. Kandungan minyak atsiri tertinggi terdapat pada tiga pasang daun termuda yang masih berwarna hijau. Alat yang dipergunakan untuk panen, berupa sabit/ parang dan gunting. Yang harus diperhatikan adalah kebersihan alat yang dipergunakan dari penyakit nilam yang tertular dari kebun lain. Cara memanen nilam yaitu dengan memangkas tanaman pada ketinggian 20 cm dari permukaan tanah. Sebaiknya tiap kali panen ditinggalkan 1-2 cabang untuk merangsang tumbuhnya tunas-tunas baru pada fase selanjutnya.
8.    Pasca panen   
Agar mendapat minyak atsiri yang baik, sebelum diolah nilam perlu mendapat perlakukan sebagai berikut: hasil panen diangin-anginkan ditempat yang teduh atau didalam ruangan dengan ketebalan lapisan 30 cm sambil di balik 2-3 kali sehari selama 3-4 hari sampai nilam berkadar air 15%, stelah itu baru dilakukan penyulingan. Hindari pengeringan yang terlalu cepat dengan menjemur dibawah sinar matahari, karena akan mengurangi kandungan minyak atsiri.
9.    Pengolahan minyak nilam   
Setelah panen, daun nilam diolah dengan cara penyulingan. Ada dua cara cara penyulingan yaitu: 1) penyulingan menggunakan uap langsung; dan 2) penyulingan air dan uap (dikukus). Penyulingan dengan cara uap langsung yaitu melakukan penyulingan terhadap terna (daun dan batang) nilam selama 4-6 jam, sedang penyulingan dengan cara dikukus memerlukan waktu 5-10 jam. Perbandingan daun dan batang adalah 2 : 1. Lokasi penyulingan sebaiknya dekat dengan bahan baku dan sumber air atau lokasi yang mudah memperoleh air yang mengalir untuk memproses pendinginan.    
Alat penyulingan sebaiknya terbuat dari besi tahan karat (stainless steel) atau flat besi yang digalvanis (carbon steel) setidaknya pada bagian pipa pendingin dan pemisah minyak, agar diperoleh hasil minyak yang berwarna lebih muda dan jernih. Untuk penyulingan secara dikukus, kecepatan penyulingan 0,6 uap/kg terna. Pada penyulingan dengan uap langsung, tekanan mula-mula 1,0 atm, lalu dinaikkan secara bertahap sampai 2,5-3,5 atm (tekanan dalam ketel suling 0,5 - 1,5 kg/cm2) pada akhir penyulingan. Bahan bakar yang dipergunakan diusahakan berasal dari bahan bakar setempat seperti kayu, tempurung kelapa dan batu bara sesuai kondisi lokasi.
Hal-hal yang harus diperhatikan daklam proses penyulingan adalah: 1) jika tangki alat suling yang digunakan berkapasitas 1.150 liter maka kerapatan daun 100-150 gram/liter atau 120-150 kg/liter, dimana daun nilam dikukus dengan sistem tekanan/boiler; 2) alat suling sebaiknya dibuat dari bahan stainless steel supaya diperoleh hasil minyak berwarna lebih jernih; 3) sebelum disuling, sebaiknya terna kering terlebih dahulu dibasahi air supaya mudah dipadatkan; 4) penyulingan terna kering nilam akan menyerap air sebanyak bobotnya; 5) waktu yang diperlukan dalam penyulingan secara dikukus perlu waktu sekitar 5-10 jam; 6) kecepatan penyulingan secara dikukus 0,6 kg uap/kg terna.
10.    Faktor-faktor yang menentukan mutu minyak nilam   
Faktor-faktor yang menentukan mutu minyak nilam antara lain: jenis nilam, mutu terna (daun dan batang) nilam serta cara penyulingan.   
Mutu, mutu terna ditentukan oleh kondisi tanah dan iklim, umur tanaman, periode pemotongan, penanganan pasca panen dan penyimpanan daun kering sebelum disuling.
Cara penyulingan, penyulingan yang baik adalah penyulingan dengan uap langsung dimana tekanan uap diatur dengan baik.   
Lama penyulingan, penyulingan sebaiknya dilakukan selama 6 (enam) jam.
(Anonymous, 2011)
11.    Penyulingan.
    Penyulingan minyak nilam adalah suatu proses pengambilan minyak dari terna kering dengan bantuan air, dimana minyak dan air tidak tercampur. Penyulingan minyak nilam pada umumnya dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu :
1.    Penyulingan secara dikukus, pada cara ini bahan (terna kering) berada pada jarak tertentu di atas permukaan air.
2.    Penyulingan dengan uap langsung, dimana bahan berada dalam ketel suling dan uap air dialirkan dari ketel uap pada bagian bawah suling.
    Pada kapasitas tangki suling umumnya dinyatakan dalam volume (liter). Kerapatan (bulk density) terna nilam kering berkisar antara 90-120 g/liter, tergantung dari persentase daun dan kadar airnya.
    Bahan konstruksi alat suling akan mempengaruhi mutu minyak dan warna minyak. Jika dibuat dari bahan plat besi tanpa digalvenis akan menghasilkan minyak berwarna gelap dan keruh karena karat. Alat suling yang baik adalah dibuat dari besi tahan karat (stainless steel), atau plat besi yang digalvanis (carbon steel) setidaknya pada bagian pipa pendingin dan pemisah minyak, agar diperoleh hasil minyak berwarna lebih muda dan jernih.
    Terna kering yang sudah dimasukkan kedalam ketel suling, sebaiknya dibasahi dengan air supaya terna tersebut dapat dipadatkan. Pembasahan dan pemadatan dilakukan terhadap terna selama pengisian ketel suling. Harus diingat bahwa penyulingan terna kering nilam akan menyerap air sebanyak bobotnya jadi pada penyulingan yang menggunakan sistem kohobasi hal ini harus diperhatikan agar tidak terjadi kekurangan air selama penyulingan.
    Lama penyulingan dengan cara dikukus antara 5-10 jam, sedangkan dengan cara uap langsung  lamanya berkisar antara 4-6 jam. Lama penyulingan ini tergantung dari cara, kapasitas ketel suling dan kecepatan penyulingan. Untuk penyulingan secara dikukus, kecepatan penyulingan yang baik adalah 0,6 uap/kg terna. Pada penyulingan dengan uap langsung tekanan uap mula-mula 1,0 ATM, lalu dinaikkan secara bertahap sampai 2,5 – 3 kg/cm2 (tekanan dalam ketel suling 0,5-1,5 kg/cm2) pada akhir-akhir penyulingan. Hal ini dimaksudkan agar fraksi berat antara lain patchouli alkohol sebagian besar baru akan tersuling pada suhu tinggi atau jika waktu penyulingan cukup lama (Mauludi dan Asman, 2005).

III.METODOLOGI

3.1 Alat, Bahan, dan Fungsi
a. Alat
1.    Cangkul         : untuk mengolah tanah dan menggemburkan tanah
2.    Cetok            : untuk menanam nilam (mengembalikan tanah)
3.    Gembor        : untuk menyirami tanaman nilam
4.    Camera        : untuk dokumentasi
5.    Penggaris        : untuk mengukur panjang dan tinggi tanaman
6.    Pensil            : untuk mencatatat
7.    Buku/ kertas        : media untuk mencatat hasil.
8.    Tugal            : untuk membuat lubang tanam
b. Bahan
1.    Bibit nilam        : sebagai objek pengamatan tanaman budidaya
2.    Pupuk NPK  (Urea, SP-36, dan KCL)    : untuk memenuhi unsur kebutuhan tanaman

3.2 Cara kerja
Pengolahan lahan (tanah di cangkul dan di gemburkan)
Membuat bedengan
Membuat lubang tanam
Penanaman
Pemupukan
Perawatan dan pengamatan
Panen dan Pasca panen
Dokumentasi
    Pengolahan lahan dilakukan dengan membersihkan lahan dari gulma serta melakukan pencangkulan untuk membalik dan meratakan tanah. Kemudian dibuat bedengan dengan jarak antar bedeng 100 cm. Pupuk kandang ditambahkan sebelum dilakukan pengolahan lahan.
    Membuat lubang tanam menggunakan tugal dengan ukuran besar karena bibit hasil persemaian ditanam beserta tanah yang berada dalam polibag. Kemudian dilakukan penanaman dengan merobek plastik polibag dan ditanam secara hati-hati.
    Pemupukan I dilakukan 30 hst dengan dosis pupuk urea 70 kg/ha sp-36 100 kg/ha dan KCl 150 kg/ha. Perawatan meliputi pembumbunan, penyiraman, penyiangan, pengendalian OPT. Penyiraman  dilakukan 3 kali seminggu pada musim kemarau dan pada musim hujan dengan air hujan. Penyiangan dilakukan secara mekanis, manual  dengan mencabuti gulma yang kompetitif terhadap tanaman nilam. Sedangkan yang tidak kompetitif dibiarkan tumbuh sebagai habitat musuh alami dan mencegah kelongsoran tanah. Pengendalian hama dilakukan secara manual karena hama tidak banyak (sangat sedikit serangan hama yang terjadi). Selain itu penyakit dihilangkan dengan menghilangkan bagian tanaman yang terkena penyakit.   
Untuk tanaman nilam tidak ada perlakuan,kegiatanya hanyalah menanam nilam serta perawatan dan pengamatan yang di lakukan tiap minggunya.
1.3    Perbandingan
No.    Praktikum    Universal
1.    Pemupukan I dilakukan pada umur 1 bulan dengan dosis Urea 70 kg/ha,sp-36 100 kg,kcl 150 kg.    PemupukanIdilakukanpadaumur1bulan, dengan dosis 70kgurea+ 100kgSP-36+150kgKCl/hapemupukanII padaumur 3bulandengandosis130kgurea/ha.
2.    Karena daerah malang cukup dingin maka tidak perlu digunakan mulsa    Tanamannilamtidaktahankekeringan, terutamasetelah dilakukanpemangkasan (panen).Kemaraupanjangdapatmenyebabkankematiantanaman. Untukmenjagakelembaban tanah danmengurangipenguapan, tanamandiberimulsaberupasemak belukar atau alang-alang. 
3.    Dilakukan secara mekanis, manual dengan pembuangan bagian tanaman yang terkena hama, memberikan habitat bagi musuh alami, penyiangan,dan pengambilan serangga hama    penyemprotan denganinsektisidauntukmematikan serangga/vector dan herbisida untuk gulma

    Untuk menjaga kualitas terna (daun dan ranting) tanaman nilam, perlu dilakukan pemupukan secara bertahap yaitu, sebelum penanaman, setelah penanaman dan setiap setelah panen. Sebelum penanaman dilakukan pemberian pupuk dasar pada lahan yang akan ditanami nilam sekitar 1 minggu sebelum tanam dengan pupuk kandang. Pemupukan setelah penanaman dilakukan 30 hst dengan dosis pupuk urea 70 kg/ha sp-36 100 kg/ha dan KCl 150 kg/ha. Pemupukan setelah panen dilakukan pada saat umur tanaman 6 bulan (panen I) Pada saat umur tanaman 10 bulan (panen II) Pada saat umur tanaman 14 bulan (panen III) Pada saat umur tanaman 18 bulan (panen IV) Pada saat umur tanaman 22 bulan (panen V) Pada saat umur tanaman 26 bulan (panen VI). Dalam praktikum hanya melakukan pemupukan dua kali yaitu sebelum penanam dan setelah penanaman (30 hst) karena waktu praktikum terbatas.
Dalampembudidayaannya, penggunaanmulsa di pertanamannilamsangatdianjurkanterutamauntukmengurangicekamantanamanterhadapkekeringanpadamusimkeringdanmenekanpertumbuhantanamangulma.Hasilpenelitianpenggunaanmulsamenunjukkanbahwamulsaalang-alangnyatameningkatkanproduksidaundanminyaknilamTingginyakandunganhara di dalammulsabelukarterlihatberpengaruhnyataterhadaptingkatpertumbuhandanproduktivitastanamannilam, sertarendemenminyaknilam.Dalampraktikumkitatidakmenggunakanmulsakarenasuhu di daerah Malang cukuprendahselainitudisekitartanamanNilamterdapatnaunganyaitubeberapapohonkelapadanpohonmanggasehinggaNilamtidakmemerlukanmulsa.
    Untuk pengendalian hama penyakit pada budidaya Nilam dilakukan secara mekanis, manual dengan pembuangan bagian tanaman yang terkena hama, memberikan habitat bagi musuh alami, penyiangan,dan pengambilan serangga hama. Dalam praktikum kita tidak menggunakan pestisida untuk pengendalian hama penyakit, karena hama penyakit yang di temukan tidak terlalu merusak tanaman dan masih di bawah ambang ekonomi.
(Anonymous, 2011)





4.1.2 grafik
















4.2 pembahasan
Komoditas  tanaman nilam tidak mempunyai  suatu perlakuan tersendiri seperti komoditas-komoditas yang lainya,terdapat perbedaan yang tampak antara tanaman nilam m3 dan tanaman nilam m4 perbedaan itu mulai dari tinggi tanaman,panjang tanaman dan jumlah daun tanaman tersebut.tinggi tanaman antara m3 dam m4 mulai minggu pertama sampai mg ke-5 menunjukan angka yang berbeda,tanaman m3 mempunyai data yang lebih tinggi dari pada tanaman m4,sedangkan mulai minggu ke-5 terlihat tanaman nilam m4 mempunyai tinggi rata-rata di atas tanaman nilam m3. Panjang tanman antaara M3 dan M4 mulai minggu pertama sampai minggu ke 5 hampir stabil atau rata – rata tidak jauh beda.Perbedaan mulai terlihat setelah mingggu ke 5 sampai akhir pengamatan tanaman M4 mempunyai rata – rata yang lebih tinggi di bandingkan tanaman M3. Pada grafik jumlah daun perbedaan tanaman M3 denngan M4 pada mingu pertama sampai minggu ke 5 tanaman M3 menunjukkan nilai rata – rata  yang agak signifikan kemudian pada setelah minggu ke 5 tanaman M3 tingkat perbedaannya begitu signifikan di bandingkan tanaman M4. Hal tersebut di karnakan tanaman M3 tingkat persaingan penyerapan unsure hara pada tanaman yang lainnya tidak begitu ketat dibandingkan dengan tingkat persaingan tanaman pada M4 lebih tinggi.
Penanaman yang dilakukandalambarisanmenggunakanjaraktanamantarbarisan 60 – 100 cm danjaraktanamdalambarisan 40 – 60 cm. Padalahandengankesuburan yang tinggi (banyak humus), jaraktanamsebaiknya 100 x 100 cm, karenapadaumur 5 – 6 bulankanopisudahbertemu. Dengandemikiankebutuhanbenihdiperkirakansebesar 20.000 setekbenihuntuk 1 hektarlahan.Jaraktanam yang digunakandisesuaikandengankondisilahan.Padalahandatardanterbukasebaiknyajaraktanam yang digunakanlebihlebarkarenakanopi/tajuktanamannilamcukupluas.Penanaman yang diperjaranginidimaksudkanuntukmengurangipersaingankebutuhansinarmatahari.Padalahan miring, jarakantarbarisandapatdipersempit.Arahbarisansebaiknyamengikutigariskontur.Jikajaraktanamterlalusempitmakaproduksijugaakansemakinmenurunkarenaterjadipersaingandalammendapatkancahayamatahari.(Anonymous. 2011).
V.PENUTUP
5.1 Kesimpulan
    Tanaman nilam termasuk tanaman yang mudah tumbuh seperti tanaman herba lainnya. Namun untuk memperoleh produksi yang maksimal diperlukan kondisi ekologi yang sesuai untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan budidaya tanaman nilam yang benar. Agar pertumbuhan dan produksi minyak nilam optimal, tanaman nilam memerlukan intensitas penyinaran berkisar antara 75- 100 %. Pada tempat-tempat yang agak terlindung, nilam masih dapat tumbuh dengan baik, tetapi kadar minyak lebih rendah dari pada tempat terbuka. Nilam yang ditanam di bawah naungan akan tumbuh lebih subur, daun lebih lebar dan tipis serta hijau, tetapi kadar minyaknya rendah.
Penanaman dengan jarak tanam yang tidak ideal akan sangat mempengaruhi dari pertumbuhan tanaman nilam tersebut selain itu tingkat kompetitisi antar tanaman juga dapat mengurangi kesuburan dan memperlambat pertumbuhan tanaman nilam,pada komoditas nilam m4 tanaman terlihat lebih sedikit jumlah daunya hal ini menunjukkan tingkat kesuburan tanaman di bawah komoditas nilam m3.
5.2 Saran
•    Praktikum kedepannya jadwal praktikum jangan sampai lebih dari jam 4, jadi di mulai sajalebih awal, hal ini sering tidak mempunyai waktu untuk solat bagai yang ber agama islam. Jika tidak bisa di ajukan saran dari kelompok kami agar tempat di lahan ngijo di bangun mushola.
•    Pada praktikum TPT laporan sebaiknya di di jadikan 1 dari 3 aspek  saja. Hal tersebut agar tidak merepotkan praktikan dan juga dapat menghemat biaya.

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2011. Nilam. http://baaworkshop.com/. Diakses 8 Desember 2011
Anonymous. 2011. Nilam, Tanaman Semak Banyak Manfaat.http://abumie.wordpress.com/nilam-tanaman-semak-banyak-manfaat/.Diakses 7 Desember 2011.
Anonymous.2011. http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/panen-dan-pasca-panen-tanaman-nilam-pogostemon-cablin-benth.Diakses 7 Desember 2011
Anonymous. 2011.http://www.ideelok.com/budidaya-tanaman/nilam. Diakses 7 Desember 2011
Anonymous. 2011.http://binaukm.com/2011/03/budidaya-tanaman-nilam-bagian-2/. Diakses 7 Desember 2011
Anonymous. 2011. All About Tanaman Nilam. http://www.kaskus.us/showthread. Diakses 7 Desember 2011
Grieve, M., 2002. A. Modern Herbal, Patchouli, www.botanical.com.
Idris, H dan Nasrun. Pengaruh Inokulasi Synchytrium pogostemonis Terhadap Gejala Budok dan Pertumbuhannya.Bul. Littro. Vol. 20 No. 2, 2009, 157 – 166157
Junaedi A,2010.UjiAsalSumberBibitNilam (PogostemonCablinBenth.) Di PasamanBarat  Sumatera Barat. BalaiPenelitianHutanPenghasilSerat, Kuok
Mulyodihardjo S., 1990. Program Penanaman atsiri di Sumatera. Prosiding  Komunikasi Ilmiah Pengembangan Atsiri di Sumatera-Balittro.
Nurlelasari,DKK.Peningkatan Kadar Patchouli Alkohol Pada  Minyak Nilam Melalui Teknik Kultur Jaringan..No.003/SP2H/PP/DP2M/III/2007 .Tanggal 29 Maret 2007
Puteh A., 2004. Potensi dan Kebijakan Pengembangan Nilam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Perkembangan teknologi TRO Vol. XVI, No. 2.
Rosman, R. & Hermanto. 2004. Aspek iklim dan lahan untuk pengembangan nilam di Nangroe Aceh Darussalam. Perkembangan Teknologi TRO 16 (2) : 21 – 28. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar